INSPIRASI DIRI

Jadi, Menikah Sekarang Atau Nanti?

“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian ada yang sedang mampu menikah maka hendaklah menikah, namun jika tidak mampu hendaknya dengan shaum. Karena Shaum adalah benteng” (H.R Bukhari&Muslim)

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karuniaNya” (Q.S An-Nur:33)

Ya, Menikah memang memuliakan Sunnah, menikah merupakan sarana untuk meredam syahwat. Menikah juga merupakan ladang atau tempat menuai pahala dengan mudah. Tapi menikah juga membutuhkan persiapan-persiapan yang benar sesuai perintahNya. Ada tahapan-tahapan agar kita bisa mencapai ridhoNya menuju JannahNya.

Amati, hal yang pertama dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. “meng-amati” si Dia. Dia yang kamu inginkan untuk bersama-sama membangun sebuah keluarga Dakwah, keluarga yang penuh dengan Sakinah, Mawaddah, Warahmah. “Nikahilah perempuan yang baik fisiknya, nasabnya, harta dan agamanya”. Mengamati dan memperhatikan Dia udah mapan belum ya, berasal dari keturunan apa, apa, apa. Sudah hafal berapa juz yaa? Bukan, bukan berapa banyak hafalan dan ilmu yang ada padanya semata-mata. Tapi bagaimana Dia berakhlak, itulah yang terpenting.

Taaruf, tahap selanjutnya setelah kita selesai meng-amati si Dia. Ketika hati sudah mulai ada ketertarikan di awal Amati tadi mulailah memberanikan diri untuk ‘memulainya’. Dekati dengan cara yang terhormat, dengan cara yang Syar’i. Tapi bukan berarti bisa “Pacaran Syariah” lho yaa yang dengan modus coba-coba komunikasi berduaan baik itu lewat sms, bbm, wa, dan media-media lainnya dengan mengatasnamakan Dakwah dan kegiatan sosial lainnya.

   “Ukhti, udah sampai mana hafalannya?”

   “Satu juz udah kholas belum?” *ODOJ ceritanya

Apalagi sampai menanyakan, “Ukhti/akhi udah makan belum?”

Yailaaahh pacaran ko islami, ga ada bro!

Memang, cinta itu fitrah. Tapi yang perlu dipahami jangan sampai kehadirannya menjadi ‘fitnah’ bagi diri kita dan orang yang kita sayang. Emang mau kamu sama orang yang kamu sayang secara diam-diam dan tanpa sadar akhirnya terjerumus dalam maksiat? Kan engga. Kelola dengan benar rasa itu, bila sudah siap sampaikan maksud kita dengan orangtua terlebih dahulu. Bila belum, lawan rasa yang telah terlanjur ada di hati kita.

“Tundukan pandangan, jaga kesucian diri sampai tiba hati terikat dengan Akad, berpuasa sunnah dan ibadah-ibadah lainnya yang bisa memperkuat diri”

“Kalo saya dulu sih datengin ‘Bidadari Sawah’ saya sendiri karena saya gentleman” -Felix Siauw

Sampaikan keinginan kita pada orangtua, bila sudah matang segala persiapannya ajukan proposal melalui Murabbi kita supaya tidak timbul fitnah sampai terucap kata SAH! Jemput Bidadarinya dengan terhormat, tentunya semua itu telah sama-sama memiliki Visi dan Misi. Khitbahlah wanita Istimewa kedua itu setelah Ibu kita. Ingat, Khitbah hanya untuk mengamankan calon kita sampai tiba proses Akad. Bukan untuk menjalin hubungan semau kita.

Menikah! Di kasih tanda seru, karena emang seru pembahasannya. Apalagi buat seorang wanita. Wanita mengutamakan perasaannya dibanding dengan laki-laki. Betul apa betul? Betul banget! Sedangkan laki-laki sendiri lebih melibatkan pikiran/logikanya. Terbukti dari persiapan menuju pernikahan atau acara-acara pra nikah lebih banyak wanita berbanding dengan laki-laki. Karena wanita memikirkan masa depannya jauh sebelum laki-laki. Sebagai contoh, cewek kalo belanja paling lama, nawar sampe harga paling miring sekalipun itu cuma beda Rp.500,- sama toko-toko lainnya. Beda dengan cowok-cowok yang langsung terima jadi aja. Sebegitu siap wanita sampe yang kurang 500 perak aja semua toko di datengin ckck.

Menikah memang penting, apalagi untuk seorang wanita yang usianya sudah mulai memasuki usia pantas menikah. Orangtua mulai resah dan bertanya-tanya “Kapan kamu akan menikah nak? Meramaikan rumah dengan canda tawa cucu-cucu Ibu kelak?”

“Kala itu saya berusia 20 tahun dan saya mengutarakan keinginan saya untuk menikah kepada orangtua saya. Tapi orangtua menolak dan bilang bahwa saya belum pantas, saya ulangi untuk mengutarakan niat saya bahwa saya ingin menikah. Meskipun saat itu saya tidak tahu siapa calon saya. Lalu orangtua bilang saya harus menyelesaikan study saya terlebih dahulu. Sampai ketika ada beberapa laki-laki yang datang ke papa saya untuk meminta saya menjadi istrinya. Tapi lagi-lagi papa menolak, padahal kalau dipikir mereka yang datang mempunyai akhlak yang baik, bahkan lulusan terbaik sekalipun. Sampai pada akhirnya saya marah dengan papa saya. Kenapa papa tidak mengizinkan aku menikah? Apa papa gamau liat aku bahagia?

Pertanyaan itulah yang membuat papa saya menangis lalu meningalkan saya. Saya berfikir yaudahlah saya mungkin harus selesain kuliah saya dulu yang ketika itu sambil diisi dengan menulis buku. Singkat cerita, tiba ada seorang pria yang datang menemui papa saya dan papa saya meng-iyakan. Saya tanya langsung sama papa, “papa, kenapa yang ini papa langsung terima sedangkan yang kemarin-kemarin papa tolak?” lalu papa menjawab, “Dia adalah seorang pekerja keras dan dia bertanggung jawab. Papa akan melepas kamu dengan seseorang yang seperti ini”

Dan itu adalah kedua kalinya papa saya menangis karena saya, karena ingin melepaskan saya dengan seseorang yang mampu membimbing saya mencapai SurgaNya. Kami menikah dan saya ketika itu belum mencintainya. Sampai pada akhirnya Allah menumbuhkan rasa cinta itu setelah kita menikah, dan rasanya pacaran setelah menikah itu memang luar biasa” -Oki Setiana Dewi

Menikah adalah bukan perkara ingin dipeluk, menikah bukan perkara ingin dipegang tangannya oleh si Dia, menikah bukan perkara ada yang nemenin kita kemanapun kita pergi. Tapi menikah adalah perkara tanggung jawab kita sama Allah, mampukah kita menjadi Imam/Makmum yang baik untuk pasangan kita kelak dengan mendapat RidhoNya. Menikah merupakan kebaikan yang harus disegerakan, tapi jangan terburu-buru juga. Karena sesuatu yang terburu-buru itu tidak baik dan datangnya dari setan. Persiapkan diri kita dari segalanya, lahir, batin, finansial, ibadah kita, dll. Buatlah diri yang berkualitas dan produktif. Kembangkan bakat dan prestasimu setinggi mungkin!

Tinggalkan komentar